BAB.1 SISTEM EKONOMI INDONESIA
A.
PENGERTIAN SISTEM
Sistem
adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian, yang saling kait mengkait
satu sama lain, rusaknya salah satu bagian akan mengganggu kestabilan sistem
itu sendiri secara keseluruhan.
Pengertian
Sistem menurut beberapa ahli :
1. Pamudji
ialah suatu perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan
atau keseluruhan yang komplek atau utuh.
2. Prajudi merupakan suatu jaringan daripada prosedur-prosedur yang berhubungan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dari suatu usaha atau urusan.
3. Poerwadarminta yaitu sekelompok bagian-bagian yang berkerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud. Apabila salah satu bagian tidak dapat menjalankan tugasnya maka maksud yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi.
B. SISTEM EKONOMI DAN SISTEM POLITIK
Sistem ekonomi merupakan
usaha untuk mengatur pertukaran barang dan jasa yang bertujuan meningkat
kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan dari politik
nasional maka dengan demikian sistem perekonomian merupakan bagian dari sistem
politik nasional.
Kebijakan politik sering didasarkan pada masalah
ekonomi, dan kebijaksanaan ekonomi seringkali didasarkan pada masalah politik.
Sistem ekonomi suatu negara dikatakan bersifat khas, berdasarkan
sudut tinjauan seperti:
1. Sistem pemilikan sumber daya
atau faktor-faktor produksi
2. Keleluasaan masyarakat untuk saling
berkompetisi dan untuk menerima imbalan atas prestasi kerjanya
3. Kadar peranan pemerintah dalam
mengatur, mengarahkan, dan merencanakan kehidupan bisnis dan perekonomian pada
umumnya
C. KAPITALISME
DAN SOSIALISME
Dikenal dua macam sistem ekonomi yaitu, sistem
ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis.
Sistem ekonomi kapitalis mengakui pemilikan
individual atas sumber daya-sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi.
Sistem ekonomi sosialis adalah
sumber daya ekonomi atau faktor produksi sebagai milik negara.
Diantara kedua sistem ekonomi tersebut, terdapat
sebuah sistem lain yang merupakan “campuran” antara keduanya, dengan berbagai
variasi kadar dominasinya, dan juga dengan berbagai variasi nama istilahnya sistem
ekonomi campuran.
D. PERSAINGAN
TERKENDALI
Indonesia mengakui pemilikan individual atas
faktor-faktor produksi; kecuali untuk sumber daya yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara. Sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme
dan bukan pula sosialisme.
Sehubungan dengan persaingan antarbadan-usaha, tidak
terdapat rintangan bagi suatu perusahaan untuk memasuki bidang usaha tertentu.
Namun untuk menghindari persaingan tak sehat dalam pasar barang, pemerintah
mengendalikannya dengan membuka prioritas-prioritas bidang usaha.
Sehingga kompetisi berbisnis di Indonesia bukanlah
persaingan yang bebas-lepas, melainkan persaingan yang terencana-terkendali.
E. KADAR
KAPITALISME DAN SOSIALISME
Unsur-unsur kapitalisme dan sosialisme terkandung
dalam pengorganisasian ekonomi Indonesia. Seseorang bisa melihat dari dua
pendekatan. Pertama adalah dengan pendekatan faktual-struktural, yakni
setelah menelaah peranan pemerintah atau negara dalam struktur perekonomian.
Kedua adalah pendekatan sejarah, dengan menelusuri bagaimana
perekonomian bangsa diorganisasikan dari waktu ke waktu.
Untuk mengukur kadar keterlibatan pemerintah dalam
perekonomian dengan pendekatan faktual-struktural, dapat digunakan kesamaan
agregat Keynesian yang
berumuskan Y = C + I + G + (X – M). Dalam formula ini berarti produk atau
pendapatan nasional dirinci menurut penggunaan atau sektor pelakunya. Kesamaan
ini merupakan rumus untuk menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran.
BAB.2
SEJARAH EKONOMI INDONESIA
A. SEJARAH PRA KOLONIAL INDONESIA
Pengaruh Agama Hindu dan Budha di
Indonesia
Agama hindu masuk ke Indonesia sejak
abad ke 4 masehi lebih tepatnya 375 masehi, berdasarkan catatan tertulis
Indonesia tertua yang tersisa berasal dari Kutai, Kalimantan Timur, ketika kerajaan
Kutai Martadipura berkuasa.
Pada awal masehi, India melakukan kerjasama ekonomi melalui
jalur perdagangan dan pelayaran dengan jalur laut wilayah Nusantara. Karena
nusantara letaknya sangat strategis antara jalur perdagangan dan pelayaran Asia
Timur ( Cina ) dengan Asia Barat. Dengan demikian, nusantara terlibat dalam
aktifitas perdagangan dan pelayaran internasional. India merupakan negara yang
mempengaruhi corak Hindu Budha di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan yang
menghubungkan Samudra Hindia, Laut Cina Selatan dan Kepulauan Rempah Maluku
antara abad ke-13 dan abad ke-17. Sriwijaya juga dikenang sebagai Pusat di Asia
Tenggara untuk studi agama Budha.
Pada abad ke-10 kehidupan penduduk di Jawa Tengah terjadi
pergeseran kekuasaan politik ke Jawa Timur, yang disebabkan letusnya gunung
berapi yang mengakibatkan kurangnya sumber di Jawa Tengah. Dua kerajaan baru
yang berkembang di Jawa Timur, yakni Kediri (sekitar 1042-1222) untuk warisan
prasasti dan warisan sastranya, dan penggantinya Singasari (antara 1222 dan
1292) untuk memperkenalkan babak baru dalam sejarah Indonesia, yaitu
sinkretisme (penyatuan aliran) agama Hindu dan Budha. Babak baru ini mencapai
kejayaannya di kerajaan Majapahit di Jawa Timur (1293 sampai sekitar 1500).
Kedatangan Islam di Indonesia
Agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia sekitar abad
ke 7 dan baru abad ke 13 terbentuklah kerajaan kerajaan Islam. Islam masuk ke
Indonesia dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab, Persia, Gujarat. Masuknya
agama islam di Indonesia tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya. Hal ini disebabkan letak geografis Indonesia, politik, sosial budaya
serta sosial ekonomi Indonesia pada saat itu.
Islam di Indonesia telah diterima sejak seorang pedagang
Venesia ( Italia ) yang bernama Marcopolo singgah di kota Perlak 1292 dan
menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragam Islam. Kemudian
diperoleh bukti bahwa Kerajaan Islam pertama adalah Samodera Pasai pada abad ke
13.
Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia
Cerita tentang kekayaan Malaka telah mencapai Eropa dan
menggoda bangsa Portugis. Pada tahun 1511 Malaka berhasil ditaklukkan oleh armada Portugis di
bawah pimpinan Afonso de Albuquerque. Setelah penaklukan, para pedagang segera
mulai menghindari Malaka dan pergi membawa bisnis mereka ke beberapa pelabuhan
lain. Johor (Malaysia), Aceh (Sumatra) dan Banten (Jawa).
Belanda juga tertarik untuk membangun cengkeraman yang kuat
pada jaringan perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara. Ekspedisi pertama mereka
mencapai Banten pada tahun 1596 tapi disertai dengan permusuhan antara Belanda
dan penduduk pribumi. Setelah tiba kembali di Belanda, ekspedisi ini masih
menunjukkan keuntungan besar yang memperlihatkan bahwa ekspedisi ke kawasan
Asia Tenggara sebenarnya menghasilkan banyak uang. Namun banyaknya ekspedisi
yang diadakan oleh beberapa perusahaan Belanda (ke Nusantara), menimbulkan
dampak negatif pada keuntungan mereka. Persaingan memperebutkan rempah-rempah
mendongkrak kenaikan harganya di Nusantara sementara peningkatan pasokan
rempah-rempah menyebabkan penurunan harga di Eropa.
Pemerintah Belanda memutuskan untuk menggabungkan perusahaan
pesaingnya menjadi satu badan usaha yang disebut Serikat Dagang Hindia Timur (Vereenigde
Oost Indische Compagnie-, disingkat VOC). Mereka menerima kekuasaan
berdaulat yang besar untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Asia.
Menuju Pemerintahan Kolonial di
Indonesia
Negara-negara Islam terus berkembang di Nusantara. Di Aceh
(Sumatra) Sultan Iskandar Muda mendirikan kekuasaan besar di awal abad ke-17,
mengendalikan cadangan lada dan timah. Di Jawa Tengah dua kekuasaan Islam baru yang
kuat muncul pada abad ke-16. Kekuasaan ini adalah distrik Pajang dan Mataram.
Mataram dipimpin oleh Sultan Agung pada tahun 1613-1646 dan berhasil
menaklukkan hampir seluruh daratan Jawa, kecuali kerajaan Banten di Jawa Barat
dan kota Batavia.
VOC dengan cepat menyebarkan kekuasaannya di Nusantara dan
mendapatkan kendali atas produksi cengkeh dan pala di Kepulauan Banda (Maluku)
dengan menggunakan langkah-langkah ekstrim seperti genosida (pembantaian
massal). VOC terus memperluas jaringan pos perdagangannya di seluruh Nusantara.
Setelah kematian Sultan Agung, Mataram dengan cepat merosot
dan sengketa suksesi muncul akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Belanda
memainkan taktik memecah-belah dan menaklukkan yang pada akhirnya mengakibatkan
pembagian kerajaan Mataram menjadi empat bagian dengan penguasanya menjadi
tunduk kepada Belanda.
B.
SISTEM MONOPOLI PERDAGANGAN VOC
Kebijakan pemerintah kolonial yang
paling lama di Indonesia adalah monopoli perdagangan terutama rempah rempah oleh
VOC. Zaman kolonial di Indonesia sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1511
setelah bangsa Portugis menduduki Malaka dan tahun kemudian menduduki Maluku.
VOC yang berdiri pada tanggal 20
Maret 1602 tersebut terus berkembang dan berhasil menguasai beberapa daerah
penghasil rempah-rempah di Indonesia.
Hak istimewa VOC :
a. Hak monopoli perdagangan
b. Hak mencetak dan mengeluarkan uang
c. Hak mengadakan perjanjian
d. Hak mengumurnkan perang
e. Hak menjalankan kekuasaan kehakiman
f. Hak memungut pajak
g. Hak memiliki angkatan perang
h. Hak menyelenggarakan pemerintahan sendiri
Pada tahun 1619 pos dagang VOC di Banten dan kantor pusat VOC dipindahkan dari Maluku ke Batavia, dalam persaingan dengan sesama Barat memperkuat kepercayaan diri VOC, sehingga Portugis terpaksa harus segera pergi dari kepulauan Maluku dan kemudian menyerahkan Melaka kepada VOC pada tahun 1641.
a. Hak monopoli perdagangan
b. Hak mencetak dan mengeluarkan uang
c. Hak mengadakan perjanjian
d. Hak mengumurnkan perang
e. Hak menjalankan kekuasaan kehakiman
f. Hak memungut pajak
g. Hak memiliki angkatan perang
h. Hak menyelenggarakan pemerintahan sendiri
Pada tahun 1619 pos dagang VOC di Banten dan kantor pusat VOC dipindahkan dari Maluku ke Batavia, dalam persaingan dengan sesama Barat memperkuat kepercayaan diri VOC, sehingga Portugis terpaksa harus segera pergi dari kepulauan Maluku dan kemudian menyerahkan Melaka kepada VOC pada tahun 1641.
Bentuk aturan paksaaan VOC yang diterapkan di Indonesia,
antara lain:
a. Aturan monopoli dagang, yaitu menguasai sendiri seluruh perdagangan rempah-rempah di Indonesia
b. Contingen Stelsel, yaitu pajak yang harus dibayar dengan menyerahkan hasil bumi
c. Verplichte Leverantie, yaitu kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada VOC dengan harga yang telah ditetapkan
d. Preangerstelsel, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada untuk menanam kopi
Kompeni mengikat raja-raja dengan berbagai perjanjian yang merugikan. Makin lama Kompeni makin berubah menjadi kekuatan yang tidak hanya berdagang, tetapi ikut mengendalikan pemerintahan di Indonesia.
a. Aturan monopoli dagang, yaitu menguasai sendiri seluruh perdagangan rempah-rempah di Indonesia
b. Contingen Stelsel, yaitu pajak yang harus dibayar dengan menyerahkan hasil bumi
c. Verplichte Leverantie, yaitu kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada VOC dengan harga yang telah ditetapkan
d. Preangerstelsel, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada untuk menanam kopi
Kompeni mengikat raja-raja dengan berbagai perjanjian yang merugikan. Makin lama Kompeni makin berubah menjadi kekuatan yang tidak hanya berdagang, tetapi ikut mengendalikan pemerintahan di Indonesia.
C.
TANAM PAKSA
Cultuurstelsel disebut juga Sistem Tanam Paksa, adalah
peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada
tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya (20%)
untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, teh, lada, kina, dan
tembakau.dan tarum (nila).
Sistem
tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa tanah
kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai 40% dari hasil panen
utama desa yang bersangkutan.
Sistem
tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak tahun 1830 sampai tahun 1835.
Menjelang tahun 1840 sistem ini telah sepenuhnya berjalan di Jawa.
Pokok-Pokok Sistem Tanam Paksa.
1) Rakyat wajib
menyiapkan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami.
2) Tanah yang
diserahkan tidak kena pajak.
3) Hasil tanaman
diserahkan kepada Belanda.
4) Pekerjaan
untuk menanam tidak melebihi waktu menanam padi.
5) Kegagalan
panen ditanggung Belanda.
6) Penggarapan tanah diawasi langsung
oleh kepala pribumi atau pengawal Belanda.
7) Wajib tanam
paksa dapat diganti dengan penyerahan tenaga kerja untuk bekerja di perkebunan
dan pabrik.
Banyak
terjadi penyimpangan karena penguasa lokal tergiur oleh janji Belanda yang
menerapkan sistem cultuur procenten.
Cultuur procenten = prosenan tanaman adalah hadiah dari pemerintah bagi
penguasa pribumi yang dapat menyerahkan hasil panen melebihi target dengan
tepat waktu.
Berikut ini penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi dalam sistem tanam paksa.
1) Tanah yang
harus diserahkan rakyat cenderung melebihi dari ketentuan 1/5.
2) Tanah yang
ditanami tanaman wajib tetap ditarik
pajak
3) Rakyat yang
tidak punya tanah garapan ternyata bekerja di pabrik atau perkebunan lebih dari
66 hari atau 1/5 tahun.
4) Kelebihan
hasil tanam dari jumlah pajak ternyata tidak dikembalikan.
5) Jika terjadi
gagal panen ternyata ditanggung petani.
Akibat
dari pelaksanaan tanam paksa :
1.
Akibat positif
·
Mengenal jenis tanaman baru.
·
Mengetahui daerah yang cocok untuk tanaman tertentu.
·
Mengenal cara memelihara dan menggunakan irigasi.
2.
Akibat negatif
·
Penderitaan, kesengsaraan, kemiskinan, kematian dan
kelaparan.
·
Sawah ladang terlantar karena harus kerja rodi.
·
Terjadinya kelaparan sehingga beban rakyat semakin berat.
Pemerintah
Belanda mulai menghapus sistem tanam paksa, namun secara bertahap. Sistem tanam
paksa secara resmi dihapuskan pada tahun 1870 berdasarkan UU Landreform (UU
Agraria), yang mengawali era liberalisasi ekonomi dalam sejarah penjajahan
Indonesia.
D.
SISTEM EKONOMI CAPITALISLIBRA
1.
Pengertian.
Sistem
ekonomi liberal kapitalis adalah sitem ekonomi yang aset-aset produktif dan
faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta.
Sementara tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
Sistem
perekonomian/tata ekonomi liberal kapitalis merupakan sistem perekonomian yang
memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan
perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan
lain sebagainya.
2. Ciri-ciri.
a.
Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
b.
Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan
ekonomi.
c.
Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan
pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
d.
Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari
keuntungan.
e.
Kegiatan selalu
mempertimbangkan keadaan pasar.
f.
Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonom.
g.
Biasanya barang-barang
produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.
3.
Keuntungan dan Kelemahan.
a. Keuntungan :
1)
Menumbuhkan
inisiatif dan kreasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi.
2) Setiap individu bebas memiliki sumber daya produksi, yang nantinya akan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3) Timbul
persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
4) Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya semangat persaingan.
5) Efisiensi dan efektifitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan
motif mencari keuntungan.
b. Kelemahan :
1)
Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat.
2)
Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
3)
Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
4)
Terjadinya gejolak perekonomian, karena kesalahan alokasi sumber daya oleh
individu.
5)
Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena persaingan bebas tersebut.
E.
ERA KEPENDUDUKAN JEPANG
Latar Belakang Kedatangan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 Jepang menyerang Pangkalan
Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii. Amerika Serikat terdesak dan
keluar dari Filipina. Setelah menghancurkan Pearl Harbour selanjutnya Jepang
menyerang negara negara di Pasifik Barat Daya , mulai dari Cina, Asia Tenggara
sampai ke kepulauan Solomon.
Jepang melakukan serangan ke Indonesia, pada tanggal 10
Januari 1942. Pada tanggal 15 Februari 1942 Jepang menyerbu pangkalan Inggris
di Singapura, Pada akhir bulan bala tentara Jepang menghancurkan armada
gabungan Belanda, Australia, Amerika dan Inggris dalam pertempuran di Jawa.
Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang melakukan penyerbuan ke Pulau Jawa.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang
tanpa syarat. Kemenangan Jepang dalam Perang Pasifik, ia menganggap dirinya
sebagai pemimpin dan pelindung Asia. Jepang disambut baik oleh Indonesia, hal
ini karena propaganda Jepang untuk membebaskan Asia dari Imperialis Barat ( 3A
).
Mobilisasi Massa Menarik Rakyat
Kedatangan Jepang pada umumnya diterima dengan penuh
semangat. Rakyat percaya bahwa Jepang datang untuk memerdekakan. Jepang kian
disenangi karena segera mengizinkan dikibarkannya bendera Indonesia merah putih
dan dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Pada tanggal 9 Maret 1943 berdirilah suatu organisasi perkumpulan
politik dan non-politik Indonesia terdahulu yang berkedudukan di Jawa dan
Madura. Organisasi itu adalah Poesat Tenaga Rakyat atau kemudian dikenal Poetra.
Pada tangal 29 April 1943, secara resmi berdirinya dua
organisasi pemuda yang diberi nama Seinendan dan Keibodan. Kedua
organisasi tersebut berada dibawah pimpinan Gunseikan. (Poesponegoro dan
Notosusanto, 1984)
Pada bulan Agustus 1943, berdirilah Fujinkai
(himpunan wanita) yang anggotanya minimum 15 tahun. Fujinkai juga layaknya
Seinendan dan Keibodan yang diberikan latihan dasar kemiliteran.
(Poesponegoro dan Notosusanto, 1984)
Menjelang akhir tahun 1943, Jepang mulai menyadari bahwa
Poetra jauh lebih memenuhi kepentingan pergerakan kebangsaan Indonesia daripada
memenuhi tujuan perang Jepang. Pada tanggal 1 Maret 1944, kedudukan Poetra
digantikan oleh organisasi yang dirasa mudah di awasi secara lebih efektif oleh
Jepang, yakni perhimpunan kebangkitan rakyat, yang lebih umum dikenal oleh
Jepang dengan nama Djawa Hokokai. (Kahin, 1995)
Situasi dan kondisi yang menunjukan adanya suatu kecurigaan
pemerintah Jepang terhadap berbagai organisasi yang dibentuknya. Menanggapai
situasi kritis tersebut, Pemerintah Jepang dibawah Letnan Jendral Kumakichi
Harada mencoba merealisasikan janji kemerdekaan dengan mengumumkan
pembentukan Dokuritsu Jumbi Coasakai atau badan penyelidik
usaha-usaha kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan itu bertugas untuk
mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting yang berhubungan dengan berbagai
hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia yang merdeka. Pengangkatan
pengurus badan ini di umumkan pada tanggal 29
April 1945, yang telah diresmikan
pada tanggal 28 April 1945.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Sekutu menjatuhkan Bom atom di
Hirosima, dan pada tanggal 9 Agustus 1945 Sekutu pun menjatuhkan Bom atom di
Nagasaki. Pada saat itu kedua wilayah tersebut merupakan wilayah terpenting
dalam perekonomian bagi Jepang.
Pengumuman resmi kekaisaran Dai Nippon tentang penyerahanya
kepada Sekutu baru diterima di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, berita
tersebut sangat mengejutkan penguasa Jepang, termasuk politisi Indonesia. Isu
tersebut segera menyebarluas ke pelosok Indonesia dan terdengar oleh rakyat
Indonesia.
Situasi semakin memanas kala terjadi pertentangan antar
golongan tua dan golongan pemuda.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 Sukarno dan Hatta
dibawa keluar kota. Keputusan itu diambil dalam rangka untuk mengamankan
Sukarno dan Hatta agar tidak terpengaruh oleh segala siasat Jepang.
Bung Karno dan bung Hatta kembali ke Jakarta. Dua pemimpin
tersebut menuju rumah Laksaman Maeda, dirumah Laksana Maeda itulah perumusan
teks Proklamasi dibuat dan diketik oleh Sayuti Melik.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, menjelang detik-detik
proklamasi, Sumobucho Nishimura
melarang pelaksanaan Proklamasi. Tepat pukul 10.00 upacara dimulai,
Latief Hendraningrat memasang bendera pusaka dan menaikannya ke tiang bambu
yang dibantu Suhud. Setelah itu Bung Karno membacakan teks Proklamasi yang
kemudian dikunci dengan menyanyikan lagu Indonesia
Raya. (Suhartono, 2001)
F. CITA CITA PEREKONOMIAN MERDEKA
Pada tanggal 3 Februari 1946 Mohammad Hatta menegaskan
bahwa dasar perekonomian yang sesuai dengan cita cita tolong menolong adalah
koperasi. Seluruh perekonomian rakyat harus berdasarkan koperasi. Bahwa usaha
usaha yang dapat dikerjakan orang seorang dengan tidak menguasai hidup orang
banyak boleh terus dikerjakan oleh orang seorang itu.
Sedangkan pada tanggal 22 Februari 1949 Sumitro
Djojohadikusumo menegaskan bahwa yang dicita citakan ialah suatu macam ekonomi
campuran : lapangan-lapangan tertentu akan dinasionalisasi dan dijalankan oleh
pemerintah, sedangkan yang lain akan terus terletak dalam lingkungan usaha
partikelir.
Rumusan yang dicantumkan dalam Garis Garis Besar
Haluan Negara yang merupakan pedoman bagi kebijaksanaan pembangunan di bidang
ekonomi di Indonesia. Rumusan itu berbunyi “ Pembangunan ekonomi yang
berdasarkan pada Demokrasi Ekonomi menentukan bahwa masyarat harus memegang
peranan aktif dalam kegiatan pembangunan “. Oleh karena itu maka pemerintah
wajib memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta
menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha.
G. EKONOMI
INDONESIA ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI
1. Pemerintah
Orde lama
Orde lama (Demokrasi
Terpimpin)
Keadaan
ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain disebabkan
oleh :
a. Inflasi yang sangat
tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak
terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata
uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
b. Adanya blokade ekonomi
oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar
negeri RI.
c. Kas negara kosong.
d. Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengatasi kesulitan ekonomi, antara lain :
a. Program Pinjaman
Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b. Upaya menembus blokade
dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta
Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura
dan Malaysia.
c. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan
tujuan untuk memperoleh kesepakatan dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah
sandang, status dan administrasi perkebunan.
d. Pembentukan
Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948.
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948.
e. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha
swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis.
Masa Demokrasi Liberal
(1950-1957)
Karena dalam politik maupun
sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan
pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing
dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini
hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a) Pemotongan nilai uang untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar.
b) Program
Benteng (Kabinet Natsir)
c) Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th
1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali
Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak C.
e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil
Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
Masa Demokrasi Terpimpin
(1959-1967)
Akibat dari dekrit presiden
5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur
ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh
pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi.
2. Pemerintah
Orde Baru
Orde Baru adalah sebutan
bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru berlangsung
dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang
pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini.
Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.
Politik
Presiden Soeharto memulai
"Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh
Soekarno pada akhir masa jabatannya. Pembagian PAD kurang adil karena 70% dari
PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga
melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Eksploitasi sumber daya
Pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar
namun tidak merata di Indonesia.
Warga Tionghoa
Sejak tahun 1967, warga
keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya
berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus
hak-hak Asasi mereka. Komunitas
pengobatan china tradisional pergi ke MA dan akhirnya Jaksa Agung waktu itu
memberi izin dengan catatan bahwa china Indonesia berjanji tidak menghimpun
kekuatan untuk memberontak pemerintahan Indonesia.
Kebijakan Ekonomi pada Masa
Orde Baru
Pada masa Orde Baru,
Indonesia melaksanakan pembangunan dalam berbagai aspek kehidupan. Tujuannya
adalah terciptanya masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan
spirituil berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan
pembangunan bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yang isinya meliputi hal-hal
berikut.
1. Pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang
sehat dan dinamis.
Dalam membiayai pelaksanaan
pembangunan, tentu dibutuhkan dana yang besar. Di samping mengandalkan devisa
dari ekspor nonmigas, pemerintah juga mencari bantuan kredit luar negeri. Dalam
hal ini, badan keuangan internasional IMF berperan penting. Dengan adanya
pembangunan tersebut, perekonomian Indonesia mencapai kemajuan. Meskipun
demikian, laju pertumbuhan ekonomi yang cukup besar hanya dinikmati para
pengusaha besar yang dekat dengan penguasa. Bantuan IMF ternyata tidak mampu
membangkitkan perekonomian nasional. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
penyebab runtuhnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998.
Runtuhnya Orde Baru dan
Lahirnya Reformasi
1. Runtuhnya Orde Baru
Penyebab utama runtuhnya
kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997
kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang
melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara
kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya kerusuhan sosial.
Menanggapi aksi reformasi
tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle Kabinet Pembangunan VII
menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk Komite Reformasi yang
bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD,
UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi.
Dalam perkembangannya,
Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk
diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan
Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Kelebihan dan Kekurangan
sistem Pemerintahan Orde Baru
* Perkembangan GDP per
kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai
lebih dari AS$1.000
* Sukses transmigrasi
* Sukses KB
* Sukses memerangi buta
huruf Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
* Semaraknya korupsi,
kolusi, nepotisme
* Pembangunan Indonesia
yang tidak merata
* Bertambahnya kesenjangan
sosial
* Kritik dibungkam dan
oposisi diharamkan
* Kebebasan pers sangat
terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang ditahan
3. Pemerintah
Reformasi
Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan
jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai
berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie
sebagai Presiden, ditentang oleh gelombang demonstrasi dari puluhan ribu
mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota lain. Gelombang demonstrasi
ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang menewaskan 18 orang.
Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan
dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu dalam
proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan pengawasan
terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Ketika Habibie mengganti
Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:
a. masa depan Reformasi;
b. masa depan ABRI;
c. masa depan daerah-daerah
yang ingin memisahkan diri dari Indonesia;
d. masa depan Soeharto,
keluarganya, kekayaannya dan kroni-kroninya; serta
e. masa depan perekonomian
dan kesejahteraan rakyat.
Berikut
ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka
menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat.
a.
Kebijakan dalam bidang politik
Tiga undang-undang politik yang lebih
demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.
1. UU No. 2
Tahun 1999 tentang partai politik
2. UU No. 3
Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.
3. UU No. 4
Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan DPR/MPR.
b.
Kebijakan dalam bidang ekonomi
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk,
terutama dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
c.
Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers
Kebebasan menyampaikan pendapat dalam
masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya
partai-partai politik dari berbagai golongan dan ideologi.
d.
Pelaksanaan Pemilu
Pada masa pemerintahan
Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai yang damai dan pemilihan
presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik.
Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor
Timur. Pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan
nama Republik Demokratik Timor Leste. Pemerintahan dilanjutkan
oleh Megawati Soekarnoputri yang mengalami masalah-masalah mendesak untuk
dipecahkan, yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Pada masa kepemimpinan
Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat kebijakan kontroversial, yaitu mengurangi
subsidi BBM dan Bantuan Langung Tunai (BLT). Kebijakan untuk meningkatkan
pendapatan perkapita ditempuh dengan cara mengandalkan pembangunan
infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang
investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
KESIMPULAN :
Sistem adalah
suatu unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur tidak berjalan dengan
baik, maka secara keseluruhan unsur lainnya pun tidak dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Sistem ekonomi merupakan
bagian dari sistem politik, karena dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi
suatu negara, harus membuat sesuatu kebijakan kebijakan yang berkaitan dengan
politik.
Pergi Kepasar membeli Ikan
Pulangnya ketemu Pak Maman
Sedikit Ilmu Yang Kuberikan
Semoga Bermanfaat Bagi Teman
Nama : Meli
Kelas : 1EB35
NPM : 26214568
DAFTAR PUSTAKA :
Tahroni. 2008. Pelajaran Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Depok: CV Arya Duta.
Suroso. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rusdiyanto, Bambang, dkk. 2012. Panduan Belajar Sejarah dan Sosiologi. Yogyakarta:
Primagama
SUMBER TAMBAHAN :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar